Yang Terlupakan

Yang Terlupakan

Malam telah larut, lalu lalang kendaraan di komplek kampus UGM masih saja ramai. Rombongan orang bersepeda banyak sekali, bergelombang bak buih dilautan. Laki-laki, perempuan, anak-anak dengan berbagai macam model sepeda. Entah apa yang mereka lakukan dilarut malam dengan jumlah orang yang sangat banyak. Membuat jalanan macet karena aktivitas mereka.

Sementara itu di ujung persimpangan jalan, di tepi trotoar terduduk seorang laki-laki lanjut usia. Mengenakan kemeja dan membalut badannya dengan selembar sarung. Berusaha melawan lelah dan dinginnya malam. Di depannya tergeletak barang dagangan, keranjang tempat baju yang terbuat dari anyaman bambu.

Sinar lampu kendaraan silih berganti menerpa wajah dan badannya, membuat silhouette simfoni malam itu terlihat syahdu. Memberikan gambaran sempurna sebuah kota metropolitan dengan kaum urban.

Sebuah mobil hitam menepi beberapa meter disamping laki-laki tua tersebut. Kaca depan sebelah kiri terbuka dan terdengar suara memanggil laki-laki penjual keranjang baju yang tengah duduk.

Setengah tergopoh laki-laki tua penjual keranjang menghampiri mobil dari sisi kiri jendela yang terbuka. Dia membungkuk memandang si pengendara mobil.

+ Assalamu’alaikum
– Wa’alaikumsalam.

+ Bapak jualan keranjang baju?
– Iya.

+ Berapa harga satu keranjang
– 120 ribu yang besar dan 100 ribu yang kecil

+ Bapak kalo jualan sampai jam berapa?
– Ga tentu, hari ini belum ada satupun dagangan yang laku

+ Bapak rumahnya dimana?
– Saya dari mBantul

+ Sudah selarut ini nanti bapak kalo tidur dimana?
– Di dekat sini ada masjid, saya tidur disana.

Pembicaraan terhenti, hening sejenak. Hanya ada suara lalu lalang kendaraan serta teriakan-teriakan pengendara sepeda yang masih saja banyak.

Si pengendara mobil mengeluarkan dompet dan mengambil beberapa lembar uang, kemudian menyerahkan kepada laki-laki tua penjual keranjang baju.

+ Ini buat bapak, sekarang bapak istirahatlah sudah larut malam. Jangan lupa beli makan dulu.
– (Terdiam beberapa saat) … terima kasih.

+ Assalamu’alaikum
– Wa’alaikumsalam

Kaca jendela mobil kiri depan ditutup dan mobil hitam tersebut melaju menghilang ditengah keramaian lalu lintas.

===============

Ayah….itukah sosok mu?

Laki-laki pejuang yang terabaikan dan terlupakan. Dicambuk dan didera oleh kerasnya kehidupan, demi menjaga kehormatanmu sebagai seorang laki-laki. Demi senyum serta tawa anak dan istrimu.

Sungguh lelahmu akan tergantikan kelak. Tidak ada sesuatu yang sia-sia dari setiap tetes keringat dan air matamu. Robb mu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Dreamcorner
Yogyakarta, 5 Rajab 1441 H / 29 Februari 2020

Leave a Reply