Story From Palestine #2: Angle Heart
Ana sedang bikin rangkaian tulisan berseri perjalanan ke Palestina. Seharusnya bukan tulisan ini yang keluar duluan. Somehow it jump to the top.
Banyak kisah sedih di Palestina akibat efek kejahatan orang-orang yahudi yang ana liat baik di Yerusalem terkhusus komplek Masjidil Aqso, di kota Hebron dan juga di Bethlehem. Insya Allah ana tulis dibagian lain.
Palestina adalah negeri yang Allah muliakan. Dan Allah tempatkan manusia-manusia pilihan untuk tinggal didalamnya. Bukan manusia-manusia seperti ana. Yang lebih banyak mengeluh dibandingkan bersyukur.
Ada seorang pemuda 23 tahun di Bethlehem yang ana temui, kalo di Indonesia dia mungkin sudah jadi top model karena wajahnya yang ganteng (Masya Allah). Tapi Allah takdirkan dia disini jadi supir taksi.
Dia banyak bercerita tentang efek kejahatan orang-orang yahudi. Speak in english ya gaes, secara ana ga bisa speak arabic. disini english become a second language setelah bahasa arab.
Disela-sela cerita efek kejahatan yahudi pemuda ini selalu bersyukur memuji Allah. Allah berikan pemuda ini hati yang bersih. Tidak keluar sedikitpun keluhan dari lisan pemuda ini.
Keluar dari lisannya dalil-dalil tentang banyaknya nikmat Allah. Bahwa nikmat atau rizki Allah bukan hanya berupa materi.
Gaes, anak muda ini masya Allah, luar biasa. Allah sempurnakan segala sesuatunya. Ujian Demi ujian menimpa dia kemudian Allah berikan dia hati yang pandai bersyukur.
Ga kebayang kalo ana yang ngalami ujian seperti dia. Mungkin sejuta sumpah serapah yang keluar dari lisan.
Dua cerita berikutnya dari komplek Masjidil Aqso. Dihari jumat, hari yang sama. Satu kejadian pagi hari dan kejadian berikutnya setelah sholat jumat.
Hari Jumat selepas sholat subuh ana hunting gambar di komplek masjid. Suasana sudah lengang, sedikit orang lalu lalang karena cuaca sangat dingin dan angin agak kencang.
Datang 3 anak laki-laki yang ada dalam foto. Mereka ambil spot disisi pojok timur Masjid kubah emas, duduk disitu dan mengeluarkan isi plastik yang mereka bawa. Plastik itu berisi roti dan
minuman sirup kas palestina.
Spot tempat mereka duduk itu bagus banget untuk ambil angel foto ke arah Masjidil Aqso. Ana jalan kesitu dan ambil beberapa foto.
Salah seorang dari mereka bertanya ke ana dalam bahasa inggris. Indonesia? Ana jawab iya. Dia menawarkan untuk duduk dan makan roti bareng-bareng. Ana menolak dengan halus karena ana sudah mulai kedinginan. Badan mulai menggigil dan ingus meleleh dari hidung efek cuaca terlalu dingin.
Diluar dugaan anak ini megang tangan ana dan berkata supaya ana mau duduk dengan mereka makan roti bareng. He said pleaseā¦
Masya Allah, yang meleleh bukan cuma ingus tapi juga air mata.
Hati seperti apa yang Allah titipkan kepada anak-anak ini. Ditengah kesulitan ekonomi yang menghimpit dan keterbatasan, ditengah teror dan intimidasi dari polisi Israel mereka masih bisa berbagi walau hanya sekedar roti dan sirup.
Bagaimana dengan ana dan antum?
Last story, masih dihari yang sama dengan kejadian anak-anak diatas.
Sejak sekitar jam 8 pagi turun hujan. Selepas sholat jumat di Masjidil Aqso hujan semakin besar. Ditambah angin kencang. Suhu udara turun drastis, dingin banget. Keadaan normal 9 derajat. Ini mungkin drop sampai 3 derajat.
Ana dan rombongan melipir ke tembok sisi barat Masjidil Aqso untuk mencari tempat berteduh. Tembok ini adalah sisi western wall. Tembok ratapan orang-orang yahudi. Western Wall Ada disudut tembok paling ujung sementara tempat ana melipir dari hujan Ada disisi tengah.
Sisi luar tembok ini ternyata menyatu dengan rumah warga. Ada jendela berteralis sekitar 2 meter diatas kepala.
Ditengah waktu kami berteduh tiba-tiba ada seorang ibu paruh baya menawarkan teh hangat dari sisi dalam jendela tersebut. Sudah membawa teko berisi teh dan gelas plastik. Siap minum. Ibu ini menuangkan gelas demi gelas teh panas dan mengulurkan melalui jendela membagikan untuk kami. Allahu Akbar.
Ya Robb, sungguh Engkau tau orang-orang yang pantas untuk tinggal di negeri Palestina yang mulia ini.
Al Quds / Yerusalem,
13 Jumadil Akhir 1441